Keyakinan Dan Kepercayaan Agama dan Tradisi

Jakarta,metronewstv.com Mana lebih dulu keyakina atau kepercayaan? Apakah pecaya dulu muncul keyakinan ataukah keyakinan dulu muncul kepercayaan?

Keyakinan lebih dulu baru muncul kepercayaan. Kita bisa saja percaya tapi hanya dengan percaya saja kita biasanya belum yakin karena kepercayaan tak selalu bisa meyakinkan.

Pertanyaan sederhana misalnya kita percaya terhadap suatu kepercayaan agama atau tradisi lokal Papua. Mana yang lebih meyakinkan kita apalah agama ataukah tradsi lokal warisan leluhur Papua?

Lebih sering mana dan lebih banyak mana dalam diri manusia Papua hari yang telah menerima agama dan percaya Tuhan.

Apakah agama lebih meyakinkan kita orang Papua ataukah tradisi lama warisan leluhur yang lebih meyakinkan kebenarannya?

Seseorang siapapun manusia tak terlepas dari kata percaya. Manusia tanpa kepercayaan tak sanggup betapapun palsu terhadap obyek kepercayaannya itu. Betapapun seseorang atheis (tak percaya Tuhan) tetap dia pasti selalu sudah percaya terhadap sesuatu obyek apapun, karena manusia adalah makhluk percaya. Maka para ahli berkesimpulan bahwa manusia adalah makhluk berfikir rasional sekaligus makhluk berkepercayaan.

Seorang ilmuwan rasional misalnya campakkan Tuhan lalu sepenuhnya percaya terhadap rasionalitas ilmu pengetahuan tetap saja dia percaya walaupun kepercayaannya itu terhadap kebenaran ilmu pengetahuan dan tehnologi (science dan technology). 

Kembali ke pertanyaan semula, lebih dulu muncul kepercayaan ataukah ketakinan? Jawaban atas kedua pertanyaan ini tentu lebih dulu keyakinan mendahului kepercayaan.

Pertanyaan selanjutanya adalah percaya terhadap apa? Percaya terhadap sesuatu yang meyakinkan kebenaran. Sekali lagi, percaya pada kebenaran.

Apakah keprcayaan terhadap kebenaran agama sangat meyakinkan seseorang sehingga kebenaran keprcayaan agama dapat meyakinkan? Ternyata kepercayaan terhadap kebenaran agama tak selalu meyakinkan. 

Contoh cerita mitologi dan hal-hal bersifat eskatologi (keterangan agama soal sesudah mati, berita kejelasan sorga dan neraka sesudah kematian), secara science dan technology tak dapat dibuktikan secara nyata (empiris) melalui Ilmu pengetahuan, hanya cerita dongeng belaka dari keterangan kitab-kitab Al Qur’an, Injil dan buku-buku interpretasi para ahli dari Kitab soal benar ada tidaknya tempat-tempat itu sebenarnya ada dimana sepenuhnya nisbi belaka bukan fakta empiris yang dapat dibuktikan dengan keberana ilmu pengetahuan dan lima panca indera seseorang pembuat cerita.

Hal demikian sama dengan mythologi (ceritera turun temurun) tentang kejelasan cerita asal usul manusia muncul dan ada bagi orang Papua khususnya mythology Lembah Baliem seperti cerita NARUEKUT/ NARUEKUL.

Manusia pertama menurut mythologi Naruekut muncul dari Goa di Maima. Soal lokasi manusia awal menurut mythology Lembah Baliem Jayawijaya Propinsi Papua Pegunungan bisa berbeda tempatnya namun kisah dan kepercayaan terhadap cerita mythologi asal usul kejadian manusia pertama hingga berkembang tersebar berdasar marga keseluruh Wilyah Pegunungan Papua kini disebut sebagai Wilayah Adat LAPAGO dapat ditelusuri memiliki riwayat cerita yang sama dan rakyat Papua sebelum agama-agama besar hadir percaya dan meyakini Mythology NARUEKUT. (Untuk lebih jelasnya tentang soal mythologi kejadian manusia Lapago, bisa baca buku-buku Agus Alue Alua, Ngadimin, Jan Buelars, Astrid Susanto-Sunaryo, Myron Bromley dll).

Pertanyaan pokok diakhir tulisan adalah mana yang lebih meyakinkan dan benar sebagai pegangan hidup (guardance) bagi generasi muda masa kini dan masa depan Papu khususnya masyarakat LAPAGO, apakah percaya agama yang tak meyakinkan karena kepercayaan agama umumnya kini kurang meyakinkan seperti masyarakat Barat masa kini yang telah lama diabaikan karena kurang meyakinkan oleh akibat hegemoni (dominan) sikap hidup masyarakat Barat yang lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi oleh akibat modernisme sehingga jarang berkunjung ke Gereja setiap hari minggu tapi weekend mereka lebih ketempat-tempat hiburan dan rekreasi sebagai sikap hidup umum masyarakat Barat Ktisten, mereka lebih ramai kunjungi tempat rekreasi dan berwisata ketimbang hadiri ibadah Gereja?

Tulisan saya tidak bermaksud menggoyahkan kepercayaan agama apalagi meruntuhkan melainkan mencoba kembali mempertanyakan ulang agar kita hidup berdasarkan tak hanya berdasarkan kepercayaan melainkan kepercayaan harus dapat meyakinkan dan ketakinan muncul sebagai bukti kebenaran bukan ikut-ikutan apa kata para agamawan.

Berdampak dengan dua nilai spritualitas (rasa percaya), manusia Papua Pegunungan khususnya LAPAGO, mau ikuti keprcayaan agama atau kepercayaan tradisi warisan leluhur nenek moyang? Mana yang lebih meyakinkan apakah kepercayaan agama atau adat budaya tradsisi warisan leluhur nenek moyang?

Menurut saya masyarakat LAPAGO khususnya Lembah Baliem Jayawijaya Propinsi papua Pegunungan sebagai cenrta (pusat) budaya Lapago masih kokoh memegang kepercayaan tradisi spritual warisan leluhur dan nyata dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari saat ini hingga kedepan. Maka tulisan saya sifatnya penawaran kepada para pemikir dan peminat untuk setidaknya elaborasi lebih lanjut bahwa nilai-nilai lama yang par exalance (utama) baik dipertahankan dan menerima ilmu pengetahuan dan kepercayaan agama yang baik diterima.

Mana yang lebih meyakinkan kepercayaan agama atau nilai-nilai utama warisan leluhur? Keduanya ada dalam hidup dan nyata dalam sistem kepercayaan kita soapnya mana yang lebih meyakinkan sebagai sebuah kebenaran untuk dijadikan guardance (pegangan hidup) ataukah semuanya hanya mythologi dan tak dapat dipertahankan karena tidak meyakinkan karena bukan sebuah kebenaran?

Pernyataan selanjutnya soal apa itu kebenaran? 

Sumber: ustadz Ismail Asso

Post a Comment

Previous Post Next Post