Jakarta,metronewstv.com Nasionalisme kekinian bukan lagi kamuflase akan kerinduan perjuangan masa lalu, tetapi bagaimana kita mengimplementasikan romantisme perjuangan tersebut ke dalam pola pikir, sikap dan perilaku kebangsaan yang selaras dengan tuntutan zaman,
Bangsa Papua hari ini mengalami kemunduran nilai-nilai moral didalam kehidupan sosial
Sebagai Perempuan Papua yang memiliki hati untuk bangsa Papua tentunya Nicholas Messet masuk dalam daftar ku sebagai penghianat
Bagaimana tidak bertahun-tahun ia berjuang dan membakar semangatku tentang Kemerdekaan Papua di umur ku yang waktu itu masih sangat muda yakini 12 tahun
namun dengan bangga ia kembali dan menyatakan kembali ke dalam bingkai NKRI
Sebagai anak perempuan yang mengidolakan beliau, kepulangannya menjadi duka bagiku air mata menetes dan didalam hatiku menyimpan begitu banyak kekecewaan, banyak pertanyaan didalam hati ini namun aku belajar untuk menyimpan segalanya dengan baik sampai pertemuan pertama ku secara langsung dengan tokoh yang menghidukan jiwa kebangsaanku
Kenapa anak perempuan seperti ku mencintai perjuangan dari beliau ? Menurutku Beliau adalah tokoh yang jujur dan namanya begitu indah ketika diceritakan oleh orang tua di jaman itu, namanya menjadi cerita tidur malam bagi sebagian orang tua di jaman itu untuk anak-anaknya dan aku ? Aku memimpikan bagaimana caranya melakukan apa yang ia lakukan untuk bangsa ku
Sosok beliau begitu kuat didalam ingatanku tentang bangsa ku, ia melahirkan kekuatan yang abadi didalam setiap anak yang mendengar tentang langkah perjuangannya
Saya yakin sepenuhnya, tentu sangat banyak kisah tentang "Romantisme Perjuangan" yang ditorehkan oleh banyak pejuang kita terdahulu, yang diantaranya bisa jadi adalah kakek dan nenek kita. Dari kisah-kisah itu kita belajar bahwa sebuah perjuangan dilakukan oleh manusia-manusia biasa yang penuh cinta, sebagaimana kita juga belajar bahwa sebuah romantisme tidak hanya terpaku pada masa-masa nan berlimpah kenyamanan dan kemewahan. Romantisme bisa kita upayakan dan ciptakan dalam setiap kondisi, bahkan dalam sebuah perjuangan.
Jika kita mengalami masa-masa kehidupan yang sulit nan terhimpit, atau "perjuangan" kita dalam menyebarkan kebenaran dan kebaikan menghadapi masa-masa gentingnya, - setelah berdoa kepada Allah- ingatlah ada seseorang yang menyediakan bahunya untuk disandari, tangan untuk digenggam, punggung untuk dipeluk. Bersama mereka ciptakan episode-episode baru "romantisme perjuangan", agar terus bersemangat menghadapi tantangan kehidupan.
Namun bagaimana dengan Nicholas Messet yang di benci hanya karena kepulangannya ?
Banyak orang ingin memperjuangkan cinta, tetapi tidak mengerti cara melakukannya. Bahkan sekadar mengungkapkan dalam kata-kata saja tak cukup mahir.
Dalam kata-kata perjuangan tentang cinta, kamu akan bisa memahaminya bila kamu melakukan hal yang sama sepertinya
Langkah beliau kembali harus menjadi bahan refleksi kaum milenial di Papua, bagaimana bisa pria yang berjuang 40 tahun kembali ke Indonesia dengan meningalkan Romantisme Kehidupan Percintaanya di negeri yang jauh dan hidup menua di Indonesia tanpa cinta dan keluarganya ?
Langkah politik beliau harus kita cerna secara baik,
Seseorang berhenti peduli bukan karena ia sudah tidak peduli lagi. Melainkan ia sadar kalau kepeduliannya sudah tidak dihargai lagi, apakah perjuangan Papua sudah tidak di hargai oleh negara luar ?
Lalu hal apa yang harus kami kaum Milenial lakukan ?
Apakah harus kembali memegang senjata dan masuk ke hutan ?
Kami sedang kehilangan tokoh atau sosok pemimpin didalam bangsa Papua sendiri
Kami sedang haus akan sosok bijaksana yang akan memimpin bangsa kami
Apakah diumur senja ini Nicholas Messet akan menjadi pemimpin Papua kembali ?
Apakah ia akan menuangkan pikiran nya untuk kaum milenial agar kembali ke Bingkai NKRI dengan caranya ?
Saat merangkum seluruh pandangannya tentang Mencintai Indonesia membuatku menarik kesimpulan cinta yang ia miliki adalah "KISAH CINTA NUH DAN TUHANNYA"
Bukankah cinta adalah pengorbanan? Lalu bagaimana dengan perjuangan ? Apakah ini Penghianatan ?
Penulis :Michelle Kurisi Doga S.Sos S.Ikom
Aktivis perempuan Papua
Post a Comment