Ismail Asso:Apakah di Tanah Papua ada Kepala Suku?


 
Jakarta,meteonewstv.com Mengingat frasiologi Kepala Suku tak dikenal Orang Asli Papua melainkan sepenuhnya pemberian sebutan Kepala Suku sebagai atribut ini oleh orang asing (lain), demikian sepenuhnya para antropolog asing khususnya dalam penerjemahan bahasa Indonesia atau Melayu dari berbagai istilah bagi seseorang Tokoh yang dianggap dan atau dituakan di Wilayah Pasifik khususnya Papua.

Dalam berbagai naskah penerjemahan mislanya Profesor Doktor Koenjraningrat dari UI menerjemahkan istilah Kepala Suku lebih banyak jiblakan (meniru atau menyamakan) terjemahan bebas dari sebutan Suku Asli Amerika Latin dalam berbagai publikasi penerbitan pustaka.

Untuk Papua umumnya dan khususnya Wilayah Pegunungan Tengah mengenal sistem kepemimpinan namun sebutannya bukan Kepala Suku. Masing-masing lingkup pemukiman perkampungan mengenal Tokoh-Tokoh yang dihormati, diikuti, ditaati, diakui sebagai pemimpin mereka, namun sebutannya bukan Kepala Suku.

Masing-masing bahasa Papua menyebut seseorang yang dianggap pemimpin ada istilah masing-masing sesuai bahasanya sebutannya berbeda antar satu bahasa dengan bahasa lainnya.

Namun demikian kini istilah Kepala Suku umum diterima walaupun sebutan ini baru dan bukan istilah asli bahasa Papua khususnya itulah umum dalam ruang lingkup budaya Lapago dan Mepago.

Hal ini berbeda dengan istilah sebutan Ondofi dan Ondofolo untuk maksud yang sama. Pemimpin atau seorang tokoh di Wilayah Pesisir Papua misalnya dalam lingkup budaya Tabi Papua Utara (Jayapura, Sentani, Keerom dll) tak mengenal dan tidak dinamai Kepala Suku melainkan ONDOAFI.

Lalu pertanyaannya apa sebutan seorang tokoh pemimpin baik kepemimpinan itu diperoleh karena warisan (semacam kerjaan) atau mencul seleksi alam maupun diperoleh karena kreatifitas dan usaha seseorang sehingga diikuti, diakui sebagai seorang pemimpin?

Sebutan untuk pemimpin atau kepemimpinan dalam lingkup budaya Papua pegunungan berbeda-beda tapi bukan Kepala Suku. Di Lembah Baliem Jayawijaya menyebut seseorang yang memiliki sifat kepemimpinan dan diakui sebagai pemimpin dengan beberapa sebutan sesuai dengan kwalitas dan pengaruh dan peran serta fungsi sebagai berikut:

1. Ap Kanj (Kain)
2. Ap Kok
3. Ap Atage Pogot
4. Ap Wesagun

Tipologi Kepemimpinan Lembah Balim Jayawijaya atau Dalam Kebudayaan LAPAGO.

Fenomena unik tapi umum ketika pemerintah pusat memberlakukan UU Otsus bagi Papua dan kemudian Papua Barat muncul dua fenomena menarik dikalangan rakyat Papua. 

Apa itu fenomena baru dan cukup umum tapi bersifat dadakan tersebut? Yaitu munculnya atribut sebagai Kepala Suku atau mengaku sebagai Kepala Suku bagi masyarakat khusus Pegunungan berbudaya Lapago dan Meepago.

Kedua; Fenomena Pendeta bagi masyarakat Pesisir Papua. Disaat munculnya Otsus Papua dua fenomena ini seakan menjadi magnet orang atau seseorang meletakkan dirinya atau mengaku atau menyebut dirinya atau diakui oleh sesamanya sebagai Pendeta.

Fenomena unik ini belum ada kajian khusus mengapa bisa menjamur tapi gejalanya tiba-tiba dan itu terjadi sejak UU Otonomi Khusus diberlakukan di Papua menariknya sehingga mau dikaji lebih dulu di pendahuluan tulisan ini.

Munculnya orang diberi atribut sebagai Kepala Suku dan Pendeta lebih sering terjadi ketika menemui para pejabat Daerah dalam Forum Resmi pemerintahan Daerah maupun ketika para tetua Papua datang ke Pusat (Jakarta) dalam acara resmi.

Banyak orang diaku (diberi atribut pada seseorang sebagai) atau mengaku sendiri sebagai Kepala Suku. Hal ini sah dan boleh-boleh saja. Karena Kepala Suku tak selalu harus menjadi Kepala seluruh tapi sesuai stratifikasi struktur unit perkampungan, Honai, atau lebih luas O ukulok, oloko, semua bisa tampil dan memiliki pemimpin sebagai Kepala Suku atau yang ditokohkan darimana dia tempat tinggal berasal.

Kepala suku dianggap sebagai kepala suku dalam tipologi manusia Jayawijaya dalm kebudayaan Lapago berdasarkan beberapa kriteria dan ada juga kepala suku karena struktur Honai Adat diperoleh karena warisan sebagai Kepala Suku.

Jadi dalam kebudayaan LAPAGO.  Kepala Suku Lembah Balim tak dapat diakui sebagai kepala suku ada masyarakat diluar unit perkampungannya demikian kepala suku dari perkampungan lain tak dapat menjadi kepala suku kampung lain.

Ciri-ciri Kepala Suku dalam tipologi atay kriteria dapat dianggap kepala suku apabila seseorang memiliki sifat sifat sebagai berikut:

1. Berani
2. Baik hati (menolong sesama)
3. Berbudi pekerti luhur
4. Membela orang lemah
5. Rendah hati (tidak sombong)
6. Bisa diandalkan dalam berbagai pesta adat
7. Pembicaraannya baik 
8. Cerdas
9. Tahu banyak dll

Silahkan tambahkan sendiri.

Saya hanya mau ajak diskusi tema siap ini karena saat ini banyak klaim diri sebagai Kepala Suku dan itu boleh boleh saja tapi sebaiknya sebagai kepala suku atau bukan biarlah diakui oleh orang lain bukan mengaku diri kepala suku.

Tapi Kepala Suku itu dan muncul secara alamiah bila memiliki salah satu ciri diatas dan banyak lainnya belum saya sebut.

Intinya kepala suku itu owawut hano, ayuk lek, etaiken hano, wene elu, owawut hewe lek dll

Sumber, penulis:Ismail Asso
Penjaga Kebudayaan Lembah Baliem Jayawijaya Papua

Laporan: JPM 

Post a Comment

Previous Post Next Post