Pimpinan Pondok Pesantren, Al-Hidayah firdaus Asso koya koso Jayapura Papua: An Newe Heranawusak Huga


JAKARTA, METRONEWSTV.COM - Masyarakat  Wamena Papua menyerahkan puluhan hektar tanah batas kali Uwe sebelah Selatan, perbatasan Wouma dan Welesi, banyak yang kaget.

Satu hal orang tahu saya tidak punya tanah. Kalaupun ada tak seluas hingga berpuluh-puluh hektar dalam satu lokasi datar dalam arti cocok dibangun kedudukan Kantor Gubernur yang dibutuhkan Menteri Dalam Negeri dan Bupati Jayawijaya.

Ketika kedua beliau bersama rombongan ke Muliama ditolak, tidak ada kesepakatan masyarakat pemilik ulayat disana. Saya WA pribadi ke Bupati Jayawijaya sampaikan, tidak usa jauh-jauh kesana. Bapak Bupati berkoordinasi dengan Kepala Suku Welesi, Sadiq Asso, Kepala Suku Assotipo Jimmy Asso dan Wesakin Asso. Agar mereka bicarakan dengan tetua adat pemilik Tanah masyarakat Wouma dan Welesi.ungkapnya (31/7/2022)

Hasilnya kedua Tokoh Adat dan Kepala Distrik beserta masyarakat Adat bersedia menghibahkan tanah sengketa perbatasan Welesi-Wouma dijadikan lokasi Kantor Gubernur Propinsi Papua Pegunungan Tengah.

Beberapa jam lalu saya masih menyampaikan pesan pribadi kepada Bupati Jayawijaya yang intinya tiga point.

1. Penerimaan ASN diutamakan tenaga kerja dari Wouma dan Aliansi Suku Besar Assolokobal yang didalamnya terdiri : Lani -Matuan, Lani -Wetapo, Wuka -Wetapo, Lagowan - Matuan- Wuka-Hubi, Asso-Lokobal, Lani-Lokobal, Asso-Wetapo, Kuan-Weatapo, Meage-Wetapo, Mulac-Lokobal, Mulac-Wetipo, Yelipele- Elokpere, Assolipele (Welesi) dll. Aliansi besar Umum disebut ASSOLOKOBAL didalamnya ada Sub (klen) yang saya sebut diatas kalau bukan seluruhnya diantara beberpa kelen adalah pemilik Hak Ulayat Tanah.

2. Saya sampaikan ke Bupati Jayawijaya bahwa status Tanah di seluruh Lembah Baliem Jayawijaya tidak dijualbelikan tapi negara boleh kontrak atau disewa oleh negara dan setiap tahun Gubernur membayar uang sewa kepada klen pemilik Hak Ulayat Tanah yang sesungguhnya kepemilikannya berlapis-lapis, ada yang paling bawah (keramat), ada yang ditengah dan itu ada beberapa klen, dan terakhir paling atas, dalam sistem budaya kepemilikan status tanah suatu Wilayah dilembah Baliem secara tera rute tersusun tertata rapi, dengan demikian secara otomatis Tanah lokasi pembangunan Kantor Gubernur bersifat menyewa bukan mengunakan asas jual-beli rakay pada negara tapi sistem kontrak untuk bangun fasilitas negara bagi pelayanan masyarakat opeh negara. Tanah bagi masyarakat adat Jayawijaya mama, sacral (suci), itulah sebabnya lokasi pembangunan kantor Gubernur Kantor Bupati dan Kantor Wali Kota di sebelah Kali Uwe sistemnya kontrak atau sewa-menyewa oleh rakyat kepada institusi negara bernama Kantor Gubernur dan berbagai fasilitas penunjang sebuah pemerintahan bernama Propinsi Papua Pegunungan Tengah kelak.

3. Pesan saya kepada Bapak Bupati ajayawijaya. Pada saat pelaksanaan proyek pembangunan berbagai fasilitas negara mulai dari Kantor Gubernur, Bank-Bank RUSD, Kantor Kantor penunjang lainnya. Saya minta seluruh pemilik hal ulayat Tanah disertakan dalam pelaksanaan proyek pembangunannya.

Banyak orang mencibir saya dan menanyakan siapa orang ini dan anaknya siapa kampung dimana tanahnya dimana?

Mau kenal saya cari tahu silahkan cari tahu saya siapa tapi satu hal saya bukan pemilik Tanah Adat. Pemilik Tanah Adat orang lain bukan saya. Tapi saya tidak salah menyerahkan dan meminta kepada para pemilik Tanah Adat kepada Negara dengan sistem dan cara seperti saya sebutkan diatas.

Satu hal ingin saya sampaikan kepada anggota group ini disini bahwa. Zaman Injil masuk dan para Missionaris menyarankan agar "Wenj (Wim) Oak", dikumpulkan dari kepemilikan Honai Keramat, Honai Perang, demikian saran Misaionatis Kkristen kepada Bupati JB Wenas, untuk dikumpulkan tujuannya agar tidak lagi boleh terjadi perang suku  secara memaksa para pemilik Honai Adat, "HONAI WENJ OAK", kumpulkan semua benda keramat bernama "AP WAREK", "WENJ OAK", "TUGI", lalu mau dimuseumkan di WESAGAPUT diganti dengan Carnaval setiap 17 Agustus Proklamasi Indonesia Merdeka oleh seluruh siswa-siswa anak-anak sekolah di Kota Wamena.

Apakah kalian tahu dan paham apa itu “TUGI” atau sebutan lain “WENJ OAK”, “AP WAREK”?

Satu tahu kalian tahu tapi saya tahu kalian tidak sadar. Bicara masalah Tanah Adat ada hubungannya dengan WENJ OAK, TUGI, AP WAREK.

Ada dua penyebab kepemilikan Tanah. 

1. Berdasar perjalanan sejarah manusia (memmek moyang) manusia Lembah Baliem ketika manusia awal muncul, itu sebabnya semua gunung, bukit, tanah, pohon, sungai, diperlakukan sebagai tempat keramat, “Wam Esako Kagalogo hegarek", atau bahasa lain "AKO ESAKO KAGALEK WELAGAREK", oleh setiap keturunan dari famili pemilik tempat sacral / keramat. Tanah ini sangat suci, haram, keramat, keramat, dihormati, dipersembahkan dengan seekor babi ("wam ako esako kagalogo hegarek”) sebagai simbol persembahan' simbol penghormatan, sebagai semacam sesajian.

2. Tanah sengketa atau tanah yang diperebutkan berdasarkan "WENJ OAK". Tanah jenis ini lokasinya berada tanah diperbatasan kedua wilayah konfederasi perang suku misalnya peerbattasan antara Wilayah Welesi yang beraliansi dengan Aliansi Besar Asolokobal vs Wouma-Kurima. Tapi tanah demikian tetap didalamnya seperti cerita status Tanah nomor satu. Itu sebabnya banyak orang tahu atau rahasia umum Tanah di Wouma atau Ujung Lapangan Terbang boleh jadi keluarga pemilik keramatnya ada di Kurima, ada di Welesi, Nduga atau di Lanny Jaya.

Disinilah orang perlu belajar tahu siapa diri saya agar tahu diri saya siapa saya darimana, sebagai anak lembah Baliem Jayawijaya. Dan ketika saya mengatakan saya serahkan puluhan hektar Tanah kepada negara padahal sejatinya saya tidak punya Tanah. Itu karena saya tahu seluruh pemilik Tanah Adat keturunannya masih ada hari ini di Welesi, tete moyangnya menyerahkan mandat kekuasaan Tanah Adat dan perlindungannya kepada tete saya dan saya benar dan tidak salah ketika mengatakan menyerahkan Tanah kepada Negara sesuai titah budaya tete nene moyang orang-orang pemilik Tanah di Welesi sebagai pemilik Tanah Adat. 

Salah saya dimana? Kalau ada yang masih menganggap saya salah ataau menyalahkan atau bahkan mungkin mempertanyakan siapa orang ini dan tidak tahu, asal usul siapa saya, darimana asal-usul darimana berarti orang itu tidak tahu adat budaya Lembah Baliem Selatan khususnya apa yang orang hari ini sebut sebagai orang DISTRIK WELESI.


Demikian penjelasan singkat dan tambahan dari saya untuk diketahui semua anggota group Agar sesuai adat budaya bukan pakai cerita omong kosong konsep agama yang baru muncul di Wamena tahun 1954.

Ustadz Ismail Asso Klen Suku Assolipele dari Walesi.

Catatan: Seseorang dianggap pemilik atau penguasa wilayah kalau dia AWEN OAK WEREK HALOK. Kalau tidak tahu tanya orang-orangtua tetua Adat kalian.

Laporan : Jhoni.p

Post a Comment

Previous Post Next Post